Antara Gw, Ozil dan Madridista
Gw
madridista, fans ozil, dan tetap menjadi madridista walau sekarang sering
mantengin tv ataupun baca berita terkait the
gunners selama ozil memperkuat tim meriam londen itu. Oh tidak, jauh
sebelum itu, karir hobi gw di dunia persepakbolaan adalah ketika piala dunia
Korean-Japan 2002. Gw fans beratnya Die
Nationalmannschaft yang akhirnya
sukses masuk babak Final, namun impian om klose untuk angkat trophy
terhenti karena dikalahkan oleh negeri samba, negerinya para duo boneng
kala itu. seiring om Klose, om Ballack tua dimakan umur dan tidak lagi menjadi
idola, serta om Oliver Khan yang sudah pensiun gw tetap setia dengan Der Panzer yang akhirnya tahun 2010 gw
temui sosok Ozil di skuat negeri nazi yang begitu gw kagumi. Selain karena
statusnya sebagai keturunan muslim Turki, tetapi juga kelihaian mengolah bola
dan kecerdasannya dalam mengumpan si kulit bundar. Tidak diragukan, saat ini
meski banyak gelandang serang terbaik, tapi bagi gw Ozil tetap menjadi
playmaker lapangan hijau terbaik dunia. Kalian sudah pasti bisa nebak tulisan
ini akan mengarah kemana. Ya, tentu Ozil menjadi bahasan kita di tulisan ini.
This is the second time
tulisan gw tentang pindahnya Ozil. Tapi tetap membuat tangan gw ga berhenti
nulis tentangnya. Walau di klub barunya Ozil langsung bermain ‘hebat’ tanpa ada
hambatan beradaptasi dengan rekan tim dan klub baru serta langsung menjadi
idola baru publik emirates dengan pernah membuat beberapa suporter fanatik the
gunners beramai memakan jersey yang bernamakan Ozil dan berfoto tepat di depan
stadion. Itu memang kabar bahagia, karena ternyata ia diterima, tapi tetap gw
sebagai madridista masih belum ‘merelakan’ kepergiannya.
Seriusan,
air mata gw saat ini terus mengalir. Sudah beberapa bulan lalu kepindahan Ozil
menjadi headnews mengalahkan transfer
gila-gilaan ‘pujaan’ baru publik barnabeu termasuk gw kalau pada saat yang sama
berita mengejutkan yang membuat gw galau semalaman ga bisa tidur menjadi hot issues. Bale pemain terbaik dunia
tidak lagi menarik hati. Jelas, karena sebagai penggemar Ozil sekaligus madrisdista
gw kecewa berat dengan keputusan manajemen los
Blancos melepaskan pemain yang paling setia ‘melayani’ bombernya terutama
CR7 dalam soal service gol. Ntahlah, semua tidak habis pikir apa yang madrid
pikirkan kala itu, bukan saja suporter setia ‘si putih’ yang dibuat kaget,
bahkan rekan timnya pun kaget bahkan ada yang tidak terima, sebut saja Ramos,
Arbeloa, Khedira, Isco (yang disebut sebagai orang yang menggusur posisi Ozil,
tapi belakangan setelah kepindahannya, Isco malah jarang dimainin) dan tentu
saja Cristiano Ronaldo. Kompatriotnya di timnas Jerman Muller dan pelatih der panzer Mr. Loew juga turut
mempertanyakan keputusan aneh Madrid. Pelatih kubu lain seperti Jurgen Klopp
dan beberapa pesepakbola lainnya[1].
Gw? Ga usah ditanyain, berbagai macam pertanyaan berkecamuk in my mind.
Itu
semua memang sudah 3 bulan berlalu, disatu sisi publik barnabeu kecewa dengan
berteriak “ozil tidak untuk dijual” dalam bahasa spain persis saat perkenalan Bale di hari pertamanya menginjakkan
kaki di lapangan santiago barnabeu. Sisi lainnya, ada publik yang sumringah
mendengar kabar kepindahannya di klub kesayangan mereka, bahkan para tim
serekannya menyambut baik kedatangan ozil, bahkan pemain tengah yang
notabenenya bakal bisa ‘tergusur’ dengan kehadirannya. Tapi tetap pembelian
sang arsitek tim mendapat pujian walau menjadi rekor baru transfer termahal
klub asal London tersebut. Itu memang menjadi berita fenomena di penghujung
jendela transfer musim 2013-2014. Banyak yang menganggap Madrid melakukan
blunder dalam menjual pemain, walau Ozil menjadi penjualan termahal Madrid.
Karena selama ini madrid hanya dikenal sebagai pemecah rekor transfer pembelian
dan ketika dijual pemain tersebut tidak semahal pembeliannya. Itulah klub idola
gw, sampai-sampai para ponakan gw yang baru berumur 3 tahun dan ada yang baru
berumur 1 tahun ketika oktober kemarin udah gw cekokin bahwa kita adalah
‘madridista’.
HOLA MADRIDSTAAA!!!
Boleh dibilang, gw sedikit lega dengan kepergian sang entrenador Jose Mourinho. oh c’mon guys, gw sama sekali ga benci dengan om mou, justru gw sangat kagum sekaligus menghormati karena ia mampu menjadikan tim racikannya jawara di tiga liga berbeda, di Porto, Inter, Chelsea dan juga Madrid tentunya. Tapi sikapnya yang sering memicu hal kontroversial membuat ia sering ‘slek’baik dengan anak asuhnya ataupun lawan timnya di liga. Terlebih lagi ketika partai el clasico. Jauh sebelum mourinho datang rivalitas klasik diantara kedua tim memang sudah terjadi, namun intensitas persengitan antara keduanya semakin nyata kala Mourinho datang. Pasalnya, kedua tim juga memiliki pemain terhebat yang juga bersaing secara individual. Tapi, sekalilagi demi keseimbangan tim, gw sangat lega karena akhirnya om Mou pergi, dan bagusnya kepergiannya bukan karena ia dipecat atau memiliki hubungan buruk dengan manajemen, suporter ataupun pemain.Hanya sama-sama dewasa, ibarat pasangan yang saling memutuskan ikatan satu sama lain, bukan karena benci tapi sama-sama sadar tidak cocok lagi untuk bersama.
Awalnya,
gw kira kepergian om Mou yang diganti dengan seorang entranador berpaspor Italia akan menjadi lanjutan perjalanan indah
madrid, tapi ternyata tidak! Dimulai dari harapan semua madridista agar el capitano san Iker akan dimainkan
kembali, yang ternyata seorang Carlo Ancelotti lebih memilih Diego Lopes karena
dalam sejarah kepelatihannya faktor fisik lebih tinggi menjadi sebuah keharusan
bagi seorang kiper. Bukan salah seorang Diego yang bisa tampil bagus dan
impressif ketika penampilanya menggantikan Iker Cassilas yang kala itu dibekap
cedera. Lagipun sebelum ini seorang Diego adalah anak yang dipanggil kembali ke
Madrid, jadi Madrid merupakan seorang ibu juga bagi sang Diego yang membuat dia
menampilkan penampilan terbaiknya. Hal puncak yang membuat kesal bagi hampir
semua madridista terutama gw ampe ga bisa tidur semalaman adalah keputusan Don
Carlo untuk melepas ozil *pengen nangis lagi iniiiiiii.
Menurut
Don Carlo, melepas ozil adalah keseimbangan bagi tim *keseimbangan apa? Makin
ga seimbang iya, terbukti madrid sekarang ada di posisi 3 klasemen sementara.
Don carlo lebih memilih memiliki Di Maria daripada ozil yang notabenenya
merupakan salah satu idola publik Santiago Barnabeu, yang selalu menjadi starter walau tidak sampai full time 90
menit kala Madrid diasuh the special one.
Tapi itulah Madrid, dengan segala ambisi sang presiden Flerentino Perez dan
tradisi yang menjadikan Madrid sebagai los
Marengues yang artinya tim penuh bintang. Artinya setiap pesepakbola yang
dalam semusim menjadi top di klub dan liga yang dibelanya mesti dibeli Madrid,
walaupun posisi sang pemain sendiri sudah begitu banyak terisi, tapi sejauh dia
pemain bintang, maka harga tidak menjadi soal untuk mendaratkannya. Mungkin hanya
Madrid yang selalu akan menjadikan rekor pemain TERMAHAL di dunia, terbukti ada
CR7 yang memegang rekor tersebut kala ia memutuskan pergi dari Old Traffold
menuju klub Ibu Kota Spanyol tersebut. Maka sang pangeran Barnabeu kala itu
yang selalu menjadi ikon timnas spanyol rela dilepas untuk mendapatkannya.
Selang beberapa tahun, ketika BPL lagi-lagi menelurkan ‘bintang’ baru, rekor
tersebut akhirnya berpindah ke seorang pemain asal Inggris Raya, Wales yang
dibeli dari Totenham Spurs yaitu Gareth Bale. Maka, lebih tak mengherankan kalau
seorang Raja assist dan pembelian teruntung Madrid sewaktu menjadi champion liga spanyol tahun 2011-2012
sekaligus menjadi pemain termahal yang pernah dijual madrid ketika akhirnya
melepas pemain berkebangsaan Jerman ini ke Arsenal. Sekali lagi tidak ada
jaminan, seorang pemain akan bisa bertahan di klub Ibukota tersebut.
Menurut
gw, wajar bagi seorang Bale ingin pindah, siapa yang tidak tersanjung dengan
pinangan sebuah klub elit Eropa, klub terkaya dan pemegang trophy terbanyak
liga champion dan kini tengah berambisi merebut La Decima, gelar kesepuluh bagi madrid. Apalagi klub yang dibela
Bale hanya sebuah klub kecil yang disetiap akhir musim hanya mampu finish
bermain di Liga Eropa. Gw sendiri dulu juga berharap agar Bale bisa bergabung
dengan tim, andaikan kala itu pemain Totenham lainnya tidak bergabung ke Madrid
yaitu Luka Modric, tapi ternyata seorang pemain berpaspor Kroasia ini bermain
apik dengan bisa beralih fungsi dari gelandang serang menjadi gelandang
bertahan kala Alonso musim lalu selalu dibekap cidera. Sekarang gw seharusnya
senang, Luka bermanfaat di tim ini, dan akhirnya Bale bergabung, tapi tidak
ketika Ozil yang harus menjadi korban dalam hal ini. Yasudahlah semua sudah
terjadi, dan siapa gw? Hanya seorang fans yang tidak dikenal, gw tetap
madridista walau sekarang juga menjadi the
gunners. Tapi seandainya El Capitano
nanti ‘terusir’ dari Barnabeu, mungkin gw akan pertimbangkan untuk pensiun
menjadi seorang Madridista. Terang saja, ketika dulu Madridista kehilangan
seorang pangeran Barnabeu, tentu saja tidak ingin kembali kehilangan satu lagi
icon Madrid, yang telah memulai karirnya di Castilla dan cukup puas ketika masa
mudanya menjadi cadangan, maka wajar kalau Cassilas sekarang mungkin frustasi
kala harus memulai lagi dari bench.
Andai gw bisa berbicara dengan opa Florentino dan Ancelotti gw pastinya minta
agar mempertahankan san Iker sampai ia pensiun dan menjadi salah satu staff
kepelatihan di Madrid nantinya.
Little Thing About A
Captain (san Iker)
Casillas
sendiri adalah seorang kapten terbijaksana yang pernah gw temui. Bayangkan ia
bisa bersifat profesional diantara rivalitas abadi kedua klub sejagad, pemain
baru saja kadang bisa langsung terprovokasi tapi tidak dengan satu orang ini.
Tentu saja, jabatan ia sebagai kapten El Real sekaligus kapten timnas Spanyol
dimana sebagian punggawanya di timnas merupakan anak-anak el Barca membuat dia
menunjukkan keprofesioanalannya. Di dalam persaingan kedua klub tentu saja ia
berpihak kepada Los Blancos, tapi di luar itu hubungannya dengan bintang Los
Cules baik-baik saja tanpa terikut arus ‘permusuhan’.
This is just my
analysis and opinion
Celakanya,
sifat ‘baik-baik saja’ dia lah yang akhirnya membuat hubungannya dengan sang
Entranador sedikit memburuk sampai akhirnya ia harus menepi dan memulai
pertandingan dari bench. Walaupun
awalnya ia dicadangkan karena cidera ringan, tetapi ketika ia sudah pulih dan
kembali bermain, sang pelatih tetap menggantinya dengan seorang kiper muda Adan.
Pernah suatu kali sang pelatih justru diberi cibiran oleh suporter sendiri dari
pinggir lapangan karena tidak memainkannya lagi sebagai starter. Satu hal yang
gw ingat adalah pernah ketika Adan dimainkan, pertandingan yang baru beberapa
menit berjalan harus terhenti karena pelanggaran yang dibuat oleh Adan sehingga
ia sendiri harus keluar dari lapangan, kala itu San Iker langsung bersiap
dengan iringan tepuk tangan karena pada akhirya ia dimainkan *hal yang bisa gw
tangkap dengan kejadian itu adalahselain suporter, gawang barnabeu sendiri
sudah sangat ingin ‘dijaga’ kembali olehnya.
Sialnya,
penampilan Iker sendiri tidak berjalan lama, beberapa pekan setelah itu ia
kembali dibekap cidera tangan yang cukup parah yang membuatnya harus kembali
beristirahat. Saat itu Madrid yang harus bermain di Liga Champion memutuskan
untuk membeli kiper baru yang akhirnya mendatangkan kembali Diego Lopez, kiper
lama Madrid dari Sevilla *dari sini, terlihat bagaimana seorang Mou memainkan
Adan kala itu bukan karena masalah teknis sebagaimana alasannya kala itu,
melainkan hubungan buruknya dengan Iker. Kalau itu bener masalah tekhnis tentu
saja di pertandingan selanjutnya kala Iker cidera harusnya Adanlah yang
dimainkan, tapi lagi-lagi persoalan kurangnya jam bermain Adan mungkin yang
membuat Mou tidak memilihnya. Back to Lopez, keputusan pihak Madrid membelinya
membuahkan hasil. SeorangDiego mampu bermain apik di saat pertandingan penting
di liga domestik maupun liga champion, dan untuk sang kapten sendiri adalah
kabar buruk baginya ketika ia tidak lagi dipercaya sebagai strater kala ia
sembuh dari cidera. Tapi performa gemilang dari Diego Lopez sendiri belum bisa
membuatnya mengangkat trophy di akhir musim dari hasil kinerjanya sendiri,
ketertinggalan 15 point dari Barca di La Liga dan kekalahan dari tetangga saat
final Copa Del Rey berlangsung.
Seperti
diketahui sekarang, ketika akhirnya om Mou memutuskan untuk hengkang, harapan
madridista untuk melihat kembali penampilan sang Iker sesering mungkin tidak
langsung terkabul. Seorang Don Carlo lebih memilih Lopez sebagai penjaga gawang
utama di Liga, dan Iker Cassilas sendiri hanya dipercaya mengawal gawang Madrid
pada pertandingan liga champion. Ntahlah, seperti apa kejadian di masa
mendatang. Tidak ada yang tahu! Sebagai madridista kita seharusnya bangga
karena Madrid mempunyai 2 sosok kiper yang hebat, tapi mungkin sosok Iker
memang selalu kita rindukan untuk tampil sesering mungkin. Kita juga harus
selalu mendukung keduanya dan menunjukkan sikap sejati seperti yang pernah
ditunjukkan sang Kapten. Mungkin masih ingat dibenak kita semua, kala langkah
Madrid harus terhenti di perempat Final Liga Champion tahun lalu, tahun 2012-2013.
Walaupun menang 2-0 pada pertandingan kedua, kekalahan agregat dari Dortmund
membuat kita semua terdiam ketika akhirnya peluit panjang berbunyi. Ramos yang
kala itu menggantikan Iker sebagai kapten terlihat menangis di tengah lapangan
langsung membuat Iker menghampiri untuk memeluk Ramos, menghiburnya atas
kekalahan ini *ketika menonton pertandingan ini, gw ingat banget saat itu gw
lagi stay di Pare, kosan gw yang gada
tvnya membuat gw bela-belain ikud numpang tidur di kosan temen untuk nonton dan
akhirnya gw nangis karena kalah dan melihat Ramos menangis keras. Ya itulah el
Capitano Iker Cassilas yang walaupun pada saat itu sudah sering dicadangkan,
tetapi tetap ada untuk menyemangati timnya. Kalau ia bukan seorang madridista
sejati mungkin ia bisa saja berkata kepada Mou “kalau aja lo mainin gw, ga akan
kebobolan di pertemuan pertama” *hahaha, becanda gw! Bagi madridista seluruh
dunia, mari kita doakan saja yang terbaik bagi klub dan kapten.
Omongan Don Caro
seperti anak kecil
“Ozil
pindah karena ia seorang penakut, ozil pindah karena ia tidak berani bersaing
dan tidak mau berjuang, ozil pindah karena wanita, ozil pindah karena bla, bla
dan berbagai alasan lainnya.”
Kalau
dipikir seperti alasan seorang anak kecil saja, semua alasan dari kubu manajemen
madrid. Tapi tidak dengan rekan setimnya yang merasakan sebuah kehilangan
besar. Bagaimana tidak? Seorang pemain regular dan penyumbang assist terbanyak
dibuang begitu saja. Ntahlah, semua dunia mungkin bingung dengan keputusan yang
diambil oleh Madrid. Yang jelas ambisi seorang Florentino untuk mengumpulkan
pemain mahallah yang menjadi sebab utama. Demi membeli seorang yang berharga
100 juta euro, maka pemain-pemain bagus yang memberi andil banyakpun terjual,
sebut saja trio madrid yang pindah ke Napoli yang nyatanya bisa membantu timnya
mencapai peringkat ketiga klasemen serie A saat ini. Hasil penjualan ketiga
yang tidak mencukupilah yang akhirnya membuat Ozil ‘dikorbankan’, tentu saja
karena ia seorang pengatur serangan yang selalu bisa memanjakan striker dengan umpan matang dan cerdas
membuatnya layak dijual dengan cukup mahal, setidaknya bagi klub yang dibelanya
sekarang yang menjadikannya pemecah rekor pembelian termahal dalam sejarah
arsenal. Bahkan ada seseorang yang berkomentar, untuk seukuran eks pemain
madrid yang telah berjasa di klub seharusnya ia diberi harga yang lebih.
Back
to Opa Carlo, sudah beberapa bulan kepindahan ozil. Beberapa hari lalu
lagi-lagi ia kembali mengeluarkan pernyataan yang tidak mengenakkan. “ozil
hengkang karena ia seorang penakut” ntah apa yang mengganggu pikiran seorang
don Carlo. Mungkin masih ada beberapa pihak yang menyalahkannya atas
hengkangnya gelandang berusia 25 tahun tersebut. Dan karena membaca berita inilah
yang akhirnya gw menulis second timetentang
kepindahan ozil. Sebenarnya udah malas untuk membahas ini, karena air mata gw
dipastikan akan mengalir lagi. Tapi, yasudahlah berhubung di tulisan pertama gw
belum ungkapin sebab kepindahan ozil menurut kacamata gw, maka itu akan ada
disini *lagak gw kaya sumber terpercaya aja, haha, hope sih suatu saat ozil kenal ama gw. Yawudah ya, impian konyol gw
kaga usah diresapin, sekarang ayo kita pantengin alasan hengkang ozil menurut
gw:
1.
Butuh
bermain reguler. Pemain bola manapun, kalau
negaranya dipastikan bermain di Piala Dunia, apalagi negeri darimana adidas
berasal tersebut yang dalam beberapa tahun terakhir langkah mereka memang mudah
untuk lolos kualifikasi. Hanya ketika sudah masuk semifinal, ntah kenapa pasukan
om Loew ini masih sulit melewatkan tim semacam Spain dan Italy. Kita tau Italya
pemegang trophy terbanyak kedua setelah Brazil di turnamen 4 tahunan ini.
begitupun Spain yang berhasil dalam 10 tahun terakhir ini dalam penggemblengan
pemain mudanya. Nah, kitapun tau, bahwa seorang pelatih timnas dalam memilih
pemainnya tentu saja berdasarkan track
record pemain tersebut ketika di klub. Wajar saja bagi seorang Ozil yang langkahnya di timnas tidak mau
berhenti begitu saja memutuskan untuk hengkang. Melihat sederet pemainanyar dalam posisi yang sama sebagai
gelandang tentunya sudah mendarat di Santiago Barnabeu. Sebut saja Isco (pemain
muda yang pernah menyabet penghargaangolden
boy awward 2012 yang merupakan suatu penghargaan bagi pemain muda terbaik
di benua biru, usia muda tidak menghalanginya membawa klub asal Andalusia,
Malaga untuk tembus liga champion ketika musim 2011-2012 berakhir, Real Madrid
yang memang mempunyai kebijakan sebagai los
Galacticos sejak dipimpin oleh opa Florentino tentu saja tergoda untuk
membeli Isco), lalu ada Bale yang bahkan menjadi pemain termahal dunia dan ini
juga karena kebijakan pemain bintang tersebut. Jauh sebelum mereka datang, kehadiran
rekan setim Bale di Hotspur Luka Modricpun sempat beberapa kali membuat ozil
memulai pertandingan dari Bench.
Maka, wajar sekali Ozil yang ingin bermain di Piala dunia 2014 memilih untuk
pergi ke sebuah klub yang membutuhkan jasanya, paling tidak dengan menunjuknya
main sesering mungkin.
2.
Kepercayaan.
Beberapa kali ozil menyatakan “pelatih tidak lagi mempercayaiku”hal ini senada
dengan pelatihnya di timnas yang berkomentar “mesut adalah seorang pemain
sensitif, ia adalah seorang pemain yang membutuhkan kepercayaan dari klub dan
pelatih”. Siapa di dunia ini yang bisa bekerja dengan lancar tanpa disertai
kepercayaan oleh bos dan juga rekannya. Begitu pentingnya kepercayaan tersebut
yang akhirnya membulatkan tekad Ozil untuk mengakhiri karir cemerlangnya di
tanah matador. Padahal kita tahu, seminggu sebelum transfer ini terjadi ozil
baru saja menandatangani kontrak baru, ia yakin akan tinggal bahkan ia juga
percaya bahwa CR7 akan bertahan sama dengan dirinya ketika isu mulai muncul
akan kembalinya sang pemain ke Old Traffold. Dan seminggu kemudian ozil berkata
“Seminggu yang lalu aku yakin untuk bertahan, tapi hari ini tidak terjadi lagi,
pelatih tidak mempercayaiku, aku mempunyai musim fantastis di Barnabu selama 3
tahun ini, aku mencintai fans, terima kasih untuk kalian yang selama 3 tahun
ini sudah ada buatku” inilah kata terakhirnya untuk madridista. Ketika
kepercayaan itu berkurang, tak ayal pemain itu akan mencari kepercayaan
lainnya. Dan itu datangnya dari seorang pelatih yang berjuluk the Professor yang sudah lama menukangi
klub asal Londen dan beberapa kali terbukti menjadikan pemain yang sebelumnya
bukan siapa-siapa dan akhirnya menjadi luar biasa, tapi sayangnya
keberhasilannya dalam mendidik pemain tidak diiringi kesuksesannya dalam meraih
gelar.Hal inilah dari gw pribadi sempat menyayangkan kepindahan Ozil kesini, ke
klub yang banyak dijuluki klub anti gelar yang tahan berpuasa gelar selama
bertahun-tahun. Namun, tak banyak yang tahu bahwa sejak tahun 2010 lalu, tahun
mulai dikenalnya Ozil ternyata sang Arsene juga ikud memburu tanda tangannya,
dan ketika pada akhirnya Ozil menelponnya untuk memberitahu bahwa ia telah
bersepakat dengan klub asal ibukota Spanyol. Dan pada saat kepercayaan itu
berkurang, dengan pintarnya seorang Wenger mendekati ozil dan meyakininya bahwa
ia masih percaya 100% terhadapnya dan menjamin akan selalu bermain. Tak salah,
ia berjuluk the professor, kala
kesempatan kecil untuk ‘menggoda’ ternyata berbuah manis dengan dealnya pemain Jerman tersebut. Hal
tersebut tidak berupa rayuan belaka, terbukti ketika sekarang ini liga yang sudah
hampir berjalan 5 bulan, Ozil sering dimainkan penuh 90 menit, waktu yang
jarang didapatinya ketika masih membela madrid walau ditangan Mourinho
sekalipun.
3.
Faktor
pelatih. Ntah ada rivalitas apa antara Italia
dan Jerman saat ini. yang terlihat adalah sebisa mungkin pelatih berdarah
Italia ‘membuang’ pemain berdarah Jerman.
4.
Beberapa hari setelah
pindahnya Ozil,sang presiden ikut membuka suara. “ozil pindah karena terobsesi oleh wanita”. Dari sekian alasan yang
dilontarkan kubu madrid yang seperti anak kecil, hal inilah yang menurut gw
paling childish. Betapa tidak,
bagaimana mungkin seorang Ozil yang selalu mendapatkan jam main yang reguler
dan jarang absen bisa dikatakan hidup glamour dan terobsesi dengan kehidupan
malam. Kalau itu terjadi, tentu berpengaruh terhadap penampilannya selama 3
tahun membela los blancos. Dan pada
akhirnya berita itu berlalu begitu saja. Menurutgw mah ya opa Perez hanya
sedikit menyesali keputusannya menjual Ozil dengan menjelekkan pemain tersebut.
5.
“ozil
pindah, karena ia seorang pemain yang tidak berani berjuang”
kalau ini ungkapan dari seorang legenda Prancis yang juga pernah memperkuat si
putih Zinedine Yazid Zidane. Sejujurnya dari semua orang yang berkomentar buruk
tentang kepindahan Ozil, pendapat inilah yang paling gw ga suka. Terang, siapapun
itu yang mengaku penggemar Ozil pasti tahu, siapa pemain bola idola sekaligus
yang menginspirasinya ya bapak berkepala plontos ini. Tadinya gw pikir ketika akhirnya
Zizou terpilih menjadi asisten pelatih gw anggap perjalanan karir Ozil di
Madrid bakalan semakin terang, karena akhirnya impian dia dilatih oleh seorang
idola semasa kecilnya menjadi kenyataan. Tapi tidak, sang asistenpun turut
memberikan komentar negatif tentang pindahnya Ozil tanpa ada usaha untuk
‘mencegah’ Ozil keluar dari Barnabeu. Bahkanpun ketika Ozil sudah menjadi
pemain arsenal ketika dari kubu arsenal memberi kesempatan untuk bertanya all about Ozil di twitter. Ia masih menjawab Zidane merupakan idola sekaligus teladan
buatku, ketika sang Idola tidak berusaha mempertahankannya, ia masih
menganggapnya. Oh My god! *Gw aja kali ya yang terlalu sensi, ozil sendiri
tidak merasa ‘dendam’ sedikitpun. Tapi kan, yang buat gw kesel ya dibela dikit
dong atau ketika Don Carlo melegonya untuk pergi, mbok diyakini Ozil ia masih
punya tempat di skuat bertabur bintang itu. yasudahlah, semua juga sudah
terjadi.
6.
Faktor
Arsene Wenger. ketika rasanya semua orang dan
media berkomentar. Akhirnya Ozilpun buka suara. “saya pindah karena Wenger”
kalimat itu yang tertulis beberapa minggu usai kepindahannya. Ozil mengatakan
ia pindah karena ia yakin kapasitas pelatih berusia 64 tahun tersebut. Ia yakin
ia akan berkembang dan semakin matang dibawah asuhan pria berpaspor Prancis,
melihat track record beliau dalam mengembangkan pemain muda beberapa tahun
belakangan ini sebut saja para eks. Kapten
the gunners yang berturut-turut hengkang karena sudah tidak tahan berpuasa
gelar. Ditambah dengan ucapan sang Professor yang meyakinkannya bahwa ia
percaya kepada ozil 100 % dan menjamin tempatnya di skuat klub yang bermarkas
di Emirates Stadium tersebut. Dan terbukti ozil selalu bermain di setiap
kesempatan full 9o menit, hal yang jarang didapatinya ketika berseragam Los
Blancos.
Menurut
analisa gw dari hasil bacaan dari media cetak maupun berita dari media
televisi, enam point diataslah yang menjadi faktor hengkangnya ozil. How about you guys? Sekali lagi this is just my opinion, it’s up to you
wanna agree or disagree. Dan yang menjadi pertanyaan sekarang adalah Bagaimana nasib Madrid yang ditinggal
banyak bintangnya selain Ozil, apakah Madrid melakukan blunder yang fatal? Dan
bagaimana nasib Arsenal dengan kehadiran ozil?Mungkin terlalu dini bagi
kita membicarakan ‘nasib’ toh musim masih panjang, masih banyak
kemungkinan-kemungkinan lain yang akan terjadi, tapi sebelum mengakhiri tulisan
ini, izinkan gw sekali lagi berkomentar mengenai pertanyaan diatas.
Nasib madrid,
blunderkah itu?sebagai seorang madridista tentu
saja gw ga mau klub yang gw sayangi mengulangi hal yang sama seperti musim
lalu, tidak meraih trophy satupun. Walaupun kadang-kadang kalau setan gw lagi
datang suka membayangkan hal seperti ini “moga aja, tidak satupun trophy yang
bisa diraih oleh Madrid musim ini, agar mereka sadar bahwa kehilangan Ozil
adalah hal terburuk yang pernah terjadi, sehingga mereka merasa menyesal dan
ingin Ozil kembali berlabuh dengan menjadikannya pemain termahal dunia”
hahahaha. Buat Madridista, jangan ditanggapi serius, mungkin itu lelucon yang
paling ga banget yak. Tentu saja, gw mendukung ambisi madrid merebut kembali
tahta Liga, walaupun sekarang masih terletak di peringkat 3 klasemen, tapi
dengan hanya jarak 3 point, gw yakin Madrid bisa merebut dan melenggang dipucuk
klasemen akhir musim nanti. Begitu juga dengan ambisi meraih La Decima, gelar
kesepuluh bagi Madrid *walaupun, kalau ingat ini gw sedih lagi, karena dulu
bayangin ozil masih bersama tim untuk merebut gelar tersebut. Apalagi pemain
teranyar sekaligus termahal dunia sudah menunjukkan tajinya bagi Madrid, CR 7
yang semakin matang *moga bisa dapat ballon d’or, kalau sampai si kurcaci Messi
lagi yang mendapatkan, yasudahlah anggap saja opa Blatter menyerahkan balon
kesayangan buat cucunya tercinta. Gw rasa dengan faktor itu Madrid tidak bisa
disebut melakukan blunder seperti banyak yang diucapkan media, salah satunya
adalah eks pelatih Los Marengues sendiri yang sekarang menukangi timnas Rusia
yaitu Fabio Capello yang ikut bersuara mengenai blunder Madrid karena telah menjual
ozil. Yasudahlah, lagi-lagi itu pendapat masing-masing orang yang bebas
bersuara. So, kita lihat saja sampai akhir musim nanti, trophy or blunder?
Nasib mujur Arsenal,
berkah kehadiran Ozil? siapapun pecinta liga
Inggris pasti tahu bahwa pemuncak klasemen hingga jornada ke-15 ini adalah
Arsenal. Dan menurut pengamatan media, keberhasilan ini tak lepas dari
kehadiran El Buho, sang burung hantu
yang karena kelihaiannya dalam melihat
peluang, sehingga bisa menciptakan umpan yang menjadi sebuah gol oleh bomber-bomber
meriam London dan ia juga disebut telah membantu mengangakat moril tim untuk
kembali berambisi menjadi champion.
Ntah itu penilaian subjektif dari suatu media atau semua setuju dengan hal itu,
kalau gw sendiri sebagai fans tentu setuju. Menurut hemat gw kepindahan Ozil
adalah suatu ‘keberkahan’ bagi arsenal, hadirnya ozil di tengah-tengah tim yang
sudah sangat ingin mengkahiri puasa gelar. Ntahlah, banyak orang yang
mengatakan “jangan campurkan agama didalam sepakbola” menurut gw sendiri ya,
segala aspek kehidupan kita itu ya udah diatur dalam agama. Mungkin hanya orang
yang sensitif dan tidak beragama ataupun tidak yakin atas agama yang
dianutnyalah yang menyatakan hal diatas. Oh c’mon
guys, siapapun itu kalau nonton madrid dan sekarang arsenal dari awal
ketika para pemain keluar dari ruang ganti pasti menyaksikan dengan khusyu’
Ozil berdoa, pun ketika ia memulai laga dari bangku cadangan, beberapa kali hal
itu selalu tersorot kamera. Masih mau pada ngeles kalau kemenangan itu berkah
dari doa yang diijabah? Oke, sebut saja itu hasil dari semua kerja keras tim
yang bermain padu sehingga bisa meraih hasil maksimal, tapi bisakah usaha tanpa
doa? Tidak! Yang benar ialah usaha yang diiringi dengan doa, bukan usaha terus
tanpa doa, ataupun doa terus tanpa usaha. So, menurut gw ya, nasib mujur
Arsenal setidaknya dipengaruhi oleh keberkahan yang dibawa oleh Ozil. Berharap semoga
Ozil bisa meraih gelar perdananya di Liga Inggris, liga yang lebih kompetitif
karena banyak klub-klub hebat yang saling mengalahkan. Dengan begitu, para
gunners bisa tersenyum bahagia.
Cukup
sekian, jangan ada yang terseinggung mas bro dan mba bro. Sekali lagi gw
ingetin ya this is just my opinion, up to
you to agree or disagree. Bukankah kita hidup di alam demokrasi yang semua
rakyat memiliki suara untuk berpendapat. Sampai jumpa lagi di akhir musim yang
berarti gw akan nulis part 3 dengankata kunci, blunder or trophy bagi Madrid, Arsenal ‘buka puasa’ dan berhasil
menjadi juara EPL?see U in the last
ligue!!!
Best Regard, Una
Anshari
Ciputat, Friday, 13-12-13,
Pukul 0.16 a.m
Late Post
[1]Dikutip dari bola.net
“pro dan kontra mengenai kepindahan ozil”:
berikut beberapa pemain dan pelatih yang berkomentar: Arbeloa, Lukas Podolski,
Sergio Ramos, Cesc Fabregas, CR 7, Tomas Mueller, Arsene wenger, Sami Khedira,
Oliever Bierhaf, Joachim Loew, Theo Walcott, Jose Mourinho, Isco, Jorge
Valdano, lebih 30rb fans madridista.
0 Komentar