Dunia semakin Tua, Bank Muamalat Indonesia Siap Menjadi Temanmu! #AyoHijrah




Secara harfiah hijrah artinya berpindah, dari tempat buruk ke tempat lebih baik.

Berubah dari manusia pendosa menjadi manusia bertakwa.

Meninggalkan masa lalu yang jauh dari agama menuju Insan yang mencintai Rabb-nya.

Berubah karena Allah Azza wa Jalla dan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. Meninggalkan kejahilan menuju ketakwaan.

Momentum hijrah bahkan dicontohkan oleh suri tauladan kita, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, meninggalkan Makkah yang penuh kemusyrikan dan tidak bisa lagi didakwahi menuju Madinah. Membangun masyarakat yang nantinya menjadi sahabat Rasulullah, manusia-manusia terbaik setelah para Nabi dan Rasul.

Hijrah juga bukan hanya soal pakaian yang berubah lebih panjang, tapi juga soal sikap, perilaku, kebiasaan. Pacaran, bergosip, berkata-kata kasar wajib ditinggalkan.


Ketika Saya Hijrah

Saat itu, saya menginjak usia delapan belas tahun, baru lulus sekolah menengah atas dimana masa puberitas menghampiri. Melihat teman punya pacar, ada yang memperhatikan, saling memberi kabar melalui pesan dan telepon membuat saya sedikit iri juga penasaran bagaimana rasanya mempunyai pacar. Bak gayung bersambut, seorang teman cowok yang saya sukai ternyata mempunya perasaan yang sama. Maka, kalian bisa menebak jawaban apa ketika dia menembak. 



Kami teman satu sekolah, modus awal sebagai teman, sahabat berujung menjadi pacar. Baru jadian beberapa bulan, kami harus menjalani long distance relationship, karena di awal saya sudah berniat untuk sekolah di luar pulau. Jadilah, ia tetap di Medan sedangkan saya di Ibukota.

Di Ibukota, saya bertemu dengan orang yang sangat berbeda dari lingkungan saya sebelumnya. Saya bertemu para 'akhwat' berjilbab besar. Sikap santun, selalu menyempatkan membaca Quran, salat tepat waktu dan senantiasa berpuasa sunnah. Bahkan puasa daud yang belum pernah saya jalani, mereka sudah jalani. 

Bukan hanya di kampus, teman-teman di indekos pun seperti itu. Perlahan, saya yang masih mengenakan celana jeans mulai meninggalkan. Awalnya mungkin biasa saja saat mengenakan sendirian, lama kelamaan merasa terasing berada diantara mereka.

Status pacaran pun saya sembunyikan, khawatir mereka akan memojokkan. Tapi yang terjadi adalah mereka merangkul saya. Tidak menyalahkan, melainkan diberi gambaran seperti ini dan itu. Hanya salah satu dari mereka yang getol, "memang kalian nggak ketemuan, tapi saling rindu dengan status yang belum halal tetap menjadi dosa." Deg! Saya merasa tertampar. Maka, mulailah saya merasa berdosa.

Sampai suatu saat, saya mengikuti sebuah acara organisasi dari kampus. Disana sempat disinggung tentang semua hal yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban. Sosok yang berbicara saat itu ialah ketua BEM yang berkharisma, ramah tetapi masih menjaga pandangan. Selesai acara, saya semakin takut tetapi belum siap memutuskan pacar. 

Hal kedua yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk tidak pacaran ketika mengikuti seminar pra nikah. Salah satu narasumber saat itu ialah seorang dokter wanita. Ketika beliau menyinggung berpegangan tangan, hawa nafsu, godaan setan ketika berduaan, saya tersentak.

Ingatan saya kembali mengingat kebersamaan dengan kekasih hati, hal itulah yang terjadi. Awal mula, kami sepakat untuk tidak pergi berduaan, selalu mengajak dua orang teman agar membersamai. Tapi lama-kelamaan, membayari teman makan menguras isi dompet mahasiswa, kami mulai berani pergi berdua. Dari yang ketika naik motor hanya memegang ujung baju hingga berani melingkarkan tangan di pinggangnya. Dari awal pegangan tangan berlanjut ke hal yang lebih berani lagi. Saat itu saya sadar, apalagi jika tidak bertemu berbulan-bulan karena ldr, kerinduan memuncak terkadang membuat ingin terus bersama.

Sepulang dari seminar, entah karena terus kepikiran, malamnya saya mimpi. Dalam bunga tidur tersebut, ada kakek tua mendatangi dan mengatakan "tobatlah, nanti kamu belum memutuskan hubungan pacaran, kamu mati. Maka akan membawa dosa." Saya begitu ketakutan ketika bangun. Akhirnya dengan berat hati, Bismillah, saya putuskan. Awalnya berat, bahkan teman-teman saya di Medan menyayangkan. Tapi ketakutan tidak bisa menjaga diri, saya kembali bertekad tidak akan tergoda.


Maka, hari ini ketika melihat anak remaja yang dengan bangga memamerkan hubungannya baik di dunia nyata maupun social media saya merasa miris, entah berapa dosa yang mereka timbun dengan terus berhubungan. Pergi berduaan, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman bahkan naudzubillah berbuat yang lebih. Maka, hal yang saya syukuri adalah momen ketika Allah Swt mempertemukan saya dengan lingkungan baik. 


Hijrah dalam Ekonomi


Baiklah! izinkan saya kembali menceritakan perihal hijrah saya selanjutnya. Begitu menginjak usia diperbolehkan membuat KTP, saya langsung dibuatkan rekening oleh orangtua. Memudahkan untuk mengirim uang kalau-kalau saya jadi merantau. Oleh kakak, diantar ke sebuah bank bumn berwarna biru. Maka, jadilah saya nasabah bank tersebut.

Ketika akhirnya merantau, saya masuk ke sebuah kampus swasta yang berlingkungan Islami dengan jurusan Perbankan dan Akuntansi Syariah. Saat itu, Alhamdulillah kampus kami bekerjasama dengan Bank Muamalat Indonesia sebagai partner pembayaran uang kuliah, ATM yang kami terima juga berfungsi sebagai KTM (Kartu Tanda Mahasiswa)


ATM sekaligus KTM

Tahun demi tahun saya habiskan haril sebagai mahasiswa ekonomi Islam. Dari awam pengetahuan mengenai ekonomi syariah menjadi makanan sehari-hari. Bank yang sebelumnya pun tidak lagi saya gunakan sampai terblokir dengan sendirinya. Begitu takut hati ini setiap membaca ayat yang menunjukkan keharaman riba. Dalam  Quran surat kedua ayat 275 disebutkan bahwa pemakan riba seperti orang gila yang kerasukan setan.



Belum lagi hadist Nabi yang mengatakan bahwa dosa riba sama seperti berzina dengan ibu kandung.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرِبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرُّجُلُ أُمَّهُ وَإِنْ أَرْبَى الرِّبَا عِرْضُ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ
Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. Sedangkan riba yang paling besar adalah apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya)

Sumber https://rumaysho.com/358-memakan-satu-dirham-dari-hasil-riba.html


Ujian terberat saat itu ialah memberitahukan hal ini dengan keluarga. Di kampus terus-menerus dicekoki ayat, sedangkan keluarga sendiri masih berkecimpung dengan riba. Dimulai dari rekening tabungan, membeli kendaraan secara kredit sampai melebarkan usaha dengan modal pinjaman. Tapi, apa daya, ketika saya sendiripun masih dibiayai oleh orangtua.

Maka, satu-satunya amunisi yang saya punya dan mampu lakukan hanyalah berdoa agar suatu saat terbuka hati keluarga.

Alhamdulillah, sebagai senjata muslim ketika tidak ada hal lain dapat dilakukan, doa saya akhirnya terkabul.

Memutuskan hubungan dengan bank, dan tidak akan menoleh sekalipun ke belakang.

Prinsip hidup sekarang, lebih baik hidup sederhana tanpa barang mewah daripada kembali berurusan dengan urusan yang Allah dan RasulNya perangi.


Apa itu #AyoHijrah ?


#ayohijrah adalah sebuah gerakan kampanye yang diperkenalkan oleh  Bank Muamalat Indonesia untuk mengajak masyarakat berhijrah, khususnya dalam layanan perbankan. Sejak Grand Launching pada 8 Oktober 2018 lalu, Bank Muamalat Indonesia sudah melakukan berbagai gerakan seperti seminar/edukasi tentang perbankan syariah, membuka booth di pusat kegiatan masyarakat, kajian Islami dengan narasumber dari kalangan ulama serta pemberdayaan masjid sebagai salah satu agen perbankan Syariah.


Dengan adanya kampanye #ayohijrah ini diharapakan ada peningkatan kualitas diri baik secara individu maupun organisasi dalam menjalankan syariat Islam. Bukan hanya soal halal haram dan ibadah tetapi juga dalam ber-muamalah.

Cita-cita tertinggi bank Muamalat Indonesia adalah menyetarakan pertumbuhan nasabah bank syariah agar setara dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.

Bank Muamalat Indonesia, Pertama Murni Syariah

Ketika Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998, satu-satunya bank yang stabil dan tidak terkena dampak adalah Bank Muamalat Indonesia.

Sejak berdiri di tahun 1992 tanpa menginduk dari bank lain, InsyaAllah terjaga murni kesyariahannya.



Apa saja Produk Bank Muamalat Indonesia

Lalu apa saja layanan yang disediakan bagi para nasabah. Setidaknya ada delapan produk, yaitu :




Salah satu yang paling menarik bagi saya adalah Tabungan iB Hijrah Haji. Beberapa bulan lalu, kantor Buya (Ayah) saya yang terletak di bilangan setiabudi Medan, kedatangan staf Muamalat yang memperkenalkan fitur kartu Shar-E Debit Muamalat. Kantor Buya bergerak dalam bidang travel haji atau biasa disebut KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) bernama KBIH Hijir Ismail.

Kartu ini bisa digunakan untuk transaksi ATM dan pembayaran belanja di seluruh dunia melalui jaringan ATM Bank Muamalat, ATM Plus/Bisa, ATM bersama, ATM Prima, MEPS dan merchant Visa.
Artinya, jamaah haji yang mempunyai rekening Muamalat tidak lagi khawatir membawa banyak uang cash. Lebih praktis karena tidak harus menukar uang. Karena tinggal mengambil uang riyal /menggesek ATM ketika berada di tanah haram.

Selain itu keuntungan yang didapat nasabah, berkesempatan mendapat hadiah umrah bebas biaya (Program Haji Berkah) selagi menunggu keberangkatan haji selama periode program berlangsung.

Dan yang paling penting, Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum syariah pertama di Indonesia yang dikelola secara profesional dan murni syariah. Tidak lupa, 
BMI merupakan salah satu Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji yang terdaftar di SISKOHAT Kementrian Agama.

Dunia semakin Tua, Bank Muamalat Indonesia Siap menjadi Temanmu! #AyoHijrah

Ketika kita memperhatikan berbagai fenomena yang terjadi baik di Ibu Pertiwi atau di belahan dunia lain, baik dari fenomena alam atau segala hal apapun yang terkembang. Kita akan mendapati bahwa dunia semakin tua. Tanda akhir zaman satu persatu muncul. Teknologi semakin canggih dari hari ke hari pun merupakan pertanda.

Pertanyaannya, mau sampai kapan kita seperti ini? Beramal saleh seadanya, tidak takut terhadap dosa dari maksiat yang dilakukan. Padahal hari terus berjalan, umur bertambah yang hakikatnya jatah hidup di dunia semakin berkurang. Maka, ayo sama-sama kita berubah, #AyoHijrah menjadi muslim bertakwa.

Khusus riba yang merupakan dosa besar tapi masih dianggap enteng, mari tinggalkan. Tinggalkan berbagai macam kredit hanya untuk memenuhi gaya hidup. Tidak lupa, #ayohijrah ke bank syariah.

Mari, beralih ke bank Muamalat Indonesia, karena BMI adalah bank pertama murni syariah.

Ayo, kita dukung gerakan #AyoHijrah agar Bank Muamalat Indonesia menjadi pusat ekosistem Ekonomi Syariah dan turut membangun industri halal di Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.




***

Posting Komentar

15 Komentar

  1. Syukurlah sudah banyak yang menyadari arti pentingnya berhijrah ya y ang namanya riba bikin hati gak tenang ya, sampai kapan pun kita terus dihantui oleh rasa berdosa, dan alhamdulillah skarang sudah ada bank syariah seperti bank muamalat ini insyaallah jauh dari riba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, Alhamdulillah
      Semoga kedepannya lebih baik lagi perekonomian Indonesia, khususnya bebas riba
      #ayohijrah

      Hapus
  2. Sepertinya saya juga harus hijrah dalam hidup. Hijrah juga masalah ekonomi.

    Baca tulisan tentang #AyoHijrah, saya tersentuh. Apalagi saya pernah berhubungan dengan riba. Semoga saya bisa hijrah. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat bocah udik #ayohijrah bank Muamalat siap membantu semangat!

      Hapus
  3. Mohon doa juga, agar keluarga kami bebas utang riba tahun ini, Aamiin ya Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, sama-sama kak saling mendoakan.
      Kami pun masih punya tanggungan. Semoga segera lunas ya kak, biar hidup lebih leg

      Hapus
    2. ish sama kak..rumah di renov krn banjir pake uang riba..😭 makanya usaha apa pun gk lancar..krn sumbernya riba

      Hapus
  4. Ya Allah smogaaa bisa ikutan hijrah juga yaaa mbak una hehe

    BalasHapus
  5. Ya allah panjangkan umurku supaya aq semoat tobat dari riba..aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin y Allah, saling mendoakan ya akak, sama-sama punya tanggungan

      Hapus
  6. 12 tahun saya bekerja di dunia perbankan, berada di posisi bagaimana secara persuasif bisa mempengaruhi orang untuk kredit guna memperbaiki taraf hidupnya.. Fiuhh.... Panjang dan berlaku, namun Alhamdulillah 2017 saya resmi tukar profesi dari banker menjadi baker... Salam hijrah una.. Keren ih, kesadaran hijrahnya datang di usia yang masih sangat muda.. Tapi ya.. Tak ada kata terlambat walau buat emak emak baru melek bahaya riba di usia detik detik menjelang 40 tahun.. Semoga kita semua dibebaskan dari hal hal buruk dan diizinkan Allah meninggalkan dunia dalam keadaan baik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ternyata kang kue sekaligus buk dosen mantan pejabat bank 😁
      Aamiin ya Rabb semua kita mengharap Husnul khatimah

      Hapus
  7. MasyaAllah.. Hijrah kita insyaAllah akan diganjar pahala yang lebih baik dari Allah. Untuk riba, sulit memang bisa lepas darinya. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa bank yang mengembangkan divisi syariah yang sedang menjamur sekarang, di "belakang" masih ada terkena hukum riba nya. Setidaknya memilih bank syariah merupakan salah satu ikhtiar kita agar tidak dekat2 dengan riba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, bener, setidaknya kita dukung yang mendekati 😄

      Hapus