Workshop Sehari bersama FeminaxFacebook

Assalamualaikum warga digital yang Budiman

Redaktur Femina diapit para pembicara

Hayo, ngaku siapa yang bangun tidur yang dicari duluan adalah handphone?
Siapa yang dari bangun hingga tidur kembali yang dipegang adalah handphone? Ampuun, udah kaya soulmate deh ahh

Begitu lah, kita memasuki masa dimana dunia serasa ada di genggaman. Segalanya seperti bisa dipantau hanya dengan gawai yang kita pegang.

Jarak tidak lagi menjadi masalah. Kita yang berada di Indonesia bisa membeli barang di benua lain hanya dengan gawai. Memantau pekerjaan maupun bisnis pun lewat ponsel.

Kamis, tanggal 22 Agustus 2019 lalu saya berkesempatan mengikuti workshop FeminaxFacebook setelah terpilih dari sekian ratus pendaftar. Workshop ini berlangsung di hotel four points Sheraton di bilangan Gatot Subroto, Medan.


Kota Medan menjadi pembuka workshop dari rangkaian workshop di 5 kota besar lainnya. Workshop bertajuk Meluaskan Pasar Lokal dan Global dengan menguasai pemasaran digital ini merupakan kerjasama antara Majalah Femina dan Facebook dengan menggandeng kementerian perdagangan dan pelaku bisnis cafe kekinian yang sedang ramai di tanah air.

Moza Pramita, host kece dan juga pelaku bisnis


Acara dipandu oleh MC hits mbak Moza Pramita yang juga salah satu pelaku bisnis. Beliau menceritakan kebersamaan dengan Femina. Pemilik brand lashes by Moza ini bahkan sempat membagikan produk yang dimilikinya kepada beberapa peserta.

Ibu Petty Fatimah adalah yang pertama kali memberi sambutan sebagai ketua redaksi majalah Femina. Walau sudah di zaman digital, majalah Femina berbentuk fisik masih bisa ditemukan di beberapa toko buku seperti Gramedia, Kinokuya, dan Gunung agung. Via online juga bisa didapatkan di beberapa market place seperti shopee, buka lapak, Tokopedia dll. Sedangkan e-megazine dapat dibaca di aplikasi Gramedia digital.

Petty Fatimah, redaktur majalah Femina

Beliau juga sampaikan bahwa Femina sangat menyambut baik para wanita wanita pengusaha, sehingga ada satu akun khusus di Instagram yang menanungi wanita pengusaha bernama wanwirfemina.
Maka, menggandeng Facebook acara masterclass bertema "Luaskan Pasar Lokal dan Global dengan menguasai pemasaran digital" ini dapat berlangsung.

9 dari 10 wanita ingin memulai bisnisnya sendiri


Amri Priyadi memberi sambutan perwakilan dari Facebook

Jika kita biasa mendengar sebuah hadits menyebutkan 9 dari 10 pintu rezeki adalah berdagang. Maka, Mas Amri memulai sambutannya dengan menunjukkan hasil sebuah riset bahwa 9 dari 10 wanita ingin memiliki bisnisnya sendiri. Beberapa riset Facebook juga menunjukkan bahwa dari hampir 260 juta penduduk Indonesia, ada 185 juta sekitar 83% sudah go mobile. 

Artinya kesempatan berbisnis di sosial media dalam hal ini Facebook sangat potensial sekali. Apalagi jika dilihat segmen pengguna Facebook kebanyakan juga wanita alias emak-emak.

Hal ini lah yang membuat Facebook bekerjasama dengan Femina membuat workshop sehari ini. Workshop ini akan diadakan di 5 kota besar lainnya dengan Medan sebagai kota yang mengawali.

Yuk, buat lapak jualan sendiri di Facebook


Pernah ngalamin nggak ketika melihat timeline serasa berada di pasar. Begitu dibuka ada yang menawarkan pizza home Made, scroll ke bawah ada gamis syar'i, ke bawah lagi ada sendal cantik. 

Kalau kita menjadi bagian orang yang juga berjualan sih biasanya nggak pusing, hanya mungkin kesal karena dompet yang semakin menipis. Tapi bagi orang yang menggunakan Facebook hanya untuk menjalin silaturahmi, bertemu kembali dengan teman lama, teman SD, tetangga masa kecil tentu akan sedikit terganggu dengan status orang berjualan. Dalam hati langsung mengatakan "ih jualan Mulu" dan akhirnya apa yang terjadi? Bisa jadi ia memutuskan untuk unfriend. Yah, kehilangan satu teman deh.

Adji Akhmad, salah satu trainer Facebook

Nah menjawab itu, Facebook memberikan solusinya dengan membuat akun khusus jualan yaitu halaman bisnis Facebook. Sesi ini dipandu oleh pak Aji, salah satu Facebook trainer.

Apa saja sih yang kita posting di akun halaman bisnis Facebook?


Sesi terakhir sebelum jeda istirahat makan siang diisi oleh bapak Nico Atmadja. Beliau memulai dengan pertanyaan,

"Kalau saya katakan burger yang paling enak adalah burger (sambil mempraktekkan menulis huruf M dengan tangannya)"

Audiens serempak menjawab "mekdi" alias McDonald's. Nah, hal pertama yang harus kita lakukan adalah membuat orang-orang familiar dengan brand atau merek yang kita miliki.

Jadi bukan lagi menyebut kita sebagai pemiliknya tapi langsung menyebutkan brand langsung. Dalam ilmu pemasaran, hal ini disebut 'brand awarness'.

Jadi langkah pertama adalah temukan nama sekaligus design brand kita.
Selanjutnya kita harus tentukan segmen pasar kita. Dan terakhir kita harus bisa terus menjaga produk kita agar yang kita miliki bukan hanya pelanggan sekali, tapi bagaimana agar mempercayakan untuk melakukan pemesanan lagi dan lagi.

Setelah kita merasakan keuntungan bagi kita, maka tiba saatnya kita untuk membuka prospek. Dalam artian kita membuka lapangan pekerjaan baru untuk lingkungan kita.


Pak Nico, salah satu trainer Facebook yang memberi pengarahan pembuatan halaman bisnis Facebook kepada salah satu peserta

Pak Nico juga menceritakan salah satu pebisnis wanita asal Surabaya yang sudah berhasil menggunakan aplikasi halaman bisnis Facebook hingga saat ini masih berjalan dan memberi dampak positif di lingkungannya yaitu ibu Diah yang memiliki usaha kue kering dengan nama brand Diah Cookies.

Ketika waktu menunjukkan pukul 12 lewat 45 menit, sesi pertama ditutup. Kami lalu menikmati sajian prasmanan yang sudah disediakan pihak hotel dan turun ke lantai G untuk melaksanakan salat juhur.

Sudut produk, yang memamerkan produk para peserta workshop

Selain produk makanan, ada juga produk hasil kerajinan

Tepat pukul 13.30 acara kembali dimulai. Kalau tadi membahas Facebook, giliran Instagram yang dibahas. Seperti yang kita ketahui bahwa sosial media Instagram yang lebih dekat dengan remaja milenial merupakan 'adik' Facebook setelah diakuisisi begitupun dengan WhatsApp.

Pantau Pembeli melalui Instagram Bisnis 


Mbak Cinta memulai sesi dengan mengajak seluruh peserta membuat insta story'. Bagi ibu-ibu generasi x ini adalah sesuatu hal baru, berbeda dengan saya sang generasi milenial xixixi.

Perbedaan besar Instagram dengan sosial media lainnya adalah Instagram mengarah dunia visual. Tempat foto eksotik terlihat, begitupun dengan video dengan durasi satu menit untuk memancing rasa penasaran lebih lanjut. Perlahan, ketika ingin mencari suatu produk atau tempat makan, wisata kita lebih senang mencari di Instagram yang terbantu dengan tagar dibandingkan mencarinya di Mbah Google.

Cinta Gustiani, pembicara Instagram untuk bisnis

Setidaknya ada 4 hal selain produk yang bisa kita jadikan konten di akun produk di Instagram.

Pertama adalah cerita di balik layar. Misal, kita yang bergerak dalam bidang kuliner, sesekali kita posting video cara menghias kue, bahan apa saja yang digunakan dll.

Kedua adalah properti. Jika dahulu kita menjual produk hanya "cekrek" maka tidak berlaku lagi di jaman digital yang menarik pelanggan dari visual yang terlihat. Maka hal yang kita butuhkan adalah properti yang bisa mempercantik produk kita. Dari segi alas foto atau pernak-pernik lainnya.

Ketiga adalah cerita karyawan. Sekali-kali dalam postingan, baik bagi kita untuk mengapresiasi salah satu karyawan. Cerita mengenai latar belakangnya hingga kinerjanya.

Keempat adalah refleksi. Selain produk dan tiga hal lain yang sudah saya sebutkan di atas, hal terakhir yang bisa dijadikan konten adalah refleksi atau kisah inspiratif. Hal ini penting untuk menghindari kejenuhan pelanggan.

Yuk, Semangat Ekspor!


Bapak Ari Satria, perwakilan kementerian perdagangan

Setelah sesi media sosial selesai, kali ini giliran perwakilan dari kementerian
perdagangan yang menjadi pembicara, bapak Ari Satria, SE, MA.

Perwakilan pemerintah ini memulai sesi dengan menunjukkan data bahwa nilai ekspor kita masih kecil. Bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga.

Maka, dalam kesempatan ini bapak Ari Satria menyemangati para UKM agar berani dan mempunyai jiwa tangguh untuk membawa produk go internasional. Salah satu hal yang penting di awal ialah sudah mengurus sertifikat BPOM dan sertifikat halal MUI. Ini penting karena berkaitan dengan apa yang masuk ke mulut manusia.

Selain itu kita juga harus survei pasar, mempunyai negara yang dituju. Lebih baik fokus membidik ke satu negara daripada banyak negara sehingga tidak efektif. Cobalah mempelajari negara tersebut kira-kira menerima atau tidak.

Hal-hal lebih lanjut mengenai ekspor tentu lebih panjang dan bisa mengecek website direktorat jenderal pengembangan ekspor nasional di laman Customer Service Center. Nanti kita mendaftar dan mengikuti pelatihan panjang untuk go internasional.

Masalahnya terkadang disini, banyak ibu-ibu UKM yang menyerah di tengah jalan karena proses panjang dan agak ribet. Harusnya, kata Pak Ari Satria harus punya niat dan sikap pantang menyerah yang kuat. 

Upnormal, Warmindo Hits Kekinian


Tiba di sesi terakhir setelah mendapatkan materi sosial media, konten untuk mengembangkan bisnis, perwakilan kementerian perdagangan. Masuklah sesi terakhir sebagai pelaku bisnis. 

Selamat datang di warung Upnormal Bro Sis! 

Kalimat diatas adalah sapaan yang terdengar di telinga ketika kita masuk ke warung kekinian ini. Warung yang didirikan oleh 7 sekawan ini sudah mempunyai puluhan cabang. 

Jujur, karena saya suka sekali nongkrong disini kalau sedang dikejar deadline (WiFi nya yang super kencang walau rame) hal pertama yang membuat saya tertarik untuk daftar workshop FeminaxFacebook ini  karena salah satu materi yang mengundang founder upnormal.

Mbak Sarita Sutedja memulai dengan menunjukkan slide dibawah ini. 




Berangkat dari hal diatas sudah dapat dipastikan kalau upnormal lebih menyasar segmen gen z dan millenial yang mempunyai moto "apapun makanannya, WiFi nya harus kencang" "dimana pun restonya, yang penting harus Instagramable"

Maka makanan yang disajikan juga adalah kegemaran sepanjang masa. Siapa sih yang tidak suka nasi goreng, siapa sih yang menolak mie instan dan kopi.

Maka dengan konsep warung Indomie telur pinggir jalan, upnormal mengemasnya menjadi lebih modern. Seperti free WiFi, spot berfoto, beragam macam permainan.
Maka, ketika ditanya anak muda mereka akan menjawab senang nongkrong di upnormal berbeda dengan generasi gen x yang merasakan salah tempat ketika memasukinya, apalagi generasi baby boomers.

Hal penting lainnya untuk menarik pelanggan adalah sering mengadakan giveaway berhadiah voucher makan di warung Upnormal.

Sarita Sutedja, salah satu founder warung upnormal

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sebelum ditutup, Alhamdulillah saya terpilih sebagai satu orang penanya dalam sesi tanya jawab.

Yang saya tanyakan saat itu ialah apakah 7 orang pendiri tidak pernah bertengkar mengingat 7 kepala tentu mempunyai 7 ide yang berbeda.

Jawaban mengejutkan yang mungkin menjadikan upnormal tetap survive adalah 

Kita harus melihat kembali niat kita ketika mendirikan usaha ini. Apakah sekedar bisnis cari uang semata, atau ingin berkarya dan membuka lapangan pekerjaan baru. Satu lagi pastikan ketika kita mendirikan bisnis bareng teman, setiap orang punya keahlian yang berbeda


Foto bareng pengusaha biar nular 😄


Pukul 16.00 lewat sebelum acara diakhiri host, beberapa nama dipanggil ke depan. Dan ternyata pemenang door prize dari pengisi kuesioner, the best upload di social media. Lalu ditutup dengan foto bersama.


Eits, sebelum pulang masih ada coffee break dan penukaran kartu tanda peserta yang diberikan saat registrasi dengan goodybag dengan hadiah menarik di dalamnya yaitu Tumbler dan skincare.

Sebelum pulang dapat goodybag lagi 😍

Keseruan peserta

Salah satu fasilitas yang didapat selain majalah Femina juga agenda notes dari Facebook yang sebagian isinya materi yang disampaikan, 


Foto seluruh peserta bersama pembicara dan host

Bersama keluarga blogger Sumut

Top markotop dah, ilmu baru yang siap dipraktekkan, perut kenyang, bertabur hadiah lagi.

Terimakasih Femina dan Facebook.

***

Catatan : foto adalah dokumen pribadi dan sebagian diambil dari halaman Facebook majalah Femina.

Posting Komentar

8 Komentar

  1. Masya Allah. 😍
    Kapan lagi ya acaranya?

    BalasHapus
  2. bagus ya una...
    awak napa ya kemaren gak ikut?

    bbrp hari belakangan ni entah napa rada maleus keluar rumah...

    semangat!!
    harus rajin!!

    #kokjadicurcol yak

    BalasHapus
  3. Akyu sedih melewatkan acara ini. Abisnya masih ragu, boleh bawa anak gak ya..
    ya su la.. Nanti kalo ada acara keren lain, mau ikut.
    Masalah boleh gak boleh yang penting daftar dulu ye kan.

    BalasHapus
  4. Ahh,, beruntung banget un bisa ikutan acaranya. Bener2 membakar semangat org yang niat buka usaha. Semoga lain waktu bisa ikut.

    BalasHapus
  5. Keren acaranya.. sayangnya aku gak bisa ikutan karena pindah domisili. Padahal itu acar ginian bukan cuma tambah ilmu tapi tambah semangat juga

    BalasHapus
  6. Jadi ingat dulu tahun 2012 sd 2015 sempat jd online shopper juga jualan di fb. Zaman now enaknya udah ada Facebook Bersponsor. Kl beberapa tahun lalu sy pakai akun pribadi aja lgsg upload² foto barang. Kata Influencer Mom Zee, Fb tuh place for hard selling

    BalasHapus
  7. Asyik nambah ilmu kita ya, beruntung banget bisa ikut acara kemarin

    BalasHapus
  8. lalu kenapah aku tak ikut acara yang worrrrbiasah inih? memang, kalau dipikir mau mendirikan suatu usaha gabisa cuma dengan modal duit. tapi butuh niat dan usaha yang pantang menyerah. apalagi mau branding, duh ileeeee syusah cyiiiin. tapi overall ai menyesal tak ikutan acara ini kemaren. Acaranya keren ternyata.

    BalasHapus