Bersyukur dulu, Bahagia kemudian


Bersyukur, kata Allah Ta'ala, maka akan Aku tambah nikmat mu.


Anak gadis terkadang suka iri lihat temannya yang sudah menikah, posting foto bersama keluarga kecil. Suami yang katanya sangat pengertian. Aktivitas anak anak kecil yang lucu dan menggemaskan.

Yang sudah menikah pun terkadang iri melihat temannya si gadis yang masih bisa berpetualang kesana kemari. Sedangkan dirinya tidak mungkin meninggalkan kewajiban sebagai istri serta urusan perbayian dan perbalitaan.

Kehidupan emang gitu. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Itu makanya, kita tidak boleh membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Bisa jadi ketika berada di posisi dia kita tidak mampu melakoninya.

Lagipula, apa yang terlihat di social media terkadang bukan hal sesungguhnya. Apa yang ditunjukkan dalam postingan tentu saja hal-hal yang sudah terfilter. Hanya yang terlihat baik.

Apa yang kita miliki sekarang, syukuri. Bagaimanapun keadaan kita jangan dikeluhi.

Kata Allah dalam surat Ibrahim ayat 7,

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)

Kita Bukan Dia

Kadang kita mengeluh iri melihat kehidupan teman atau bahkan artis yang tidak kita kenal ataupun mengenal kita,

Enak ya hidupnya, jalan-jalan terus, makan enak selalu.

Ngaku, siapa yang dalam hati suka terbersit hal itu ketika melihat insta story/feed?

Tapi tahukah kita bahwa mungkin ada malam-malam yang dilalui tanpa tidur untuk pekerjaannya.

Kita melihat orang lain saat ia sudah senang dalam artian sedang menikmati hasil kerja kerasnya. Kita hanya melihat ketika ia sudah sukses tanpa mengetahui
masa berdarah-darahnya seseorang.

Kita mengeluh iri kepada orang yang duitnya berseri, padahal bisa saja orang itu setiap bulan harus ke rumah sakit untuk berobat.

Kita lupa bersyukur bahwa mata yang bisa melihat, jari yang bisa menggenggam ini sebuah kekayaan luar biasa yang Allah Ta'ala karuniakan.

Bayangkan, kalau ada orang yang meminta satu saja jarimu lalu ditukarkan dengan uang 5 milyar. Kita mau tidak? Mostly, kita tidak akan mau walau mungkin sedikit tergiur dengan nominal yang ditawarkan.

Maka, yang pertama kali harus kita syukuri adalah panca indera lengkap lagi sehat.

Begitupun dengan udara gratis yang kita hirup. Pernah terkena asma sehingga sulit bernapas? Lalu membayar mahal oksigen demi bisa kembali bernafas dengan normal.

Atau kita posisikan diri kita sekarang ada di Riau, Jambi, Kalimantan yang menghirup kabut asap dampak kebakaran hutan. Masihkah kita yang di luar daerah tersebut mensyukuri udara sehat yang kita hirup ini?

Yuk bersyukur!

Hal-hal tampak kecil itu kalau Allah SWT ambil dari kita, barulah penyesalan yang tinggal.


***


Posting Komentar

4 Komentar

  1. Selalu suka dengan tulisan ttg bersyukur.
    Oya, barusan baca juga, infonya, harga oksigen 25k/liternya. So, kl ditotal utk kebutuhan manusia, sebulan abisnya 5,5M. Ya Rabb makasih telah memberinya gratis. Huhuu jd malu kl kurang bersyukur. Alhamdulillah, alhamdulillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaaammpuuun baru kebaca komentnya kak imaa,
      Iya hiks kadang suka gak bersyukurr kita,
      Mudah mudahan kita bisa jadi hamba yang bersyukur ya kaaa

      Hapus
  2. Semakin banyak bersyukur, semakin kita bahagia.
    Salam kenal, Kreta Amura

    BalasHapus