Mari Menghindari Covid-19 Layaknya Perintah Nabi Saw Hindari Dajjal




Entah kenapa selama sebulan lebih berdiam di rumah sejak semakin merebaknya wabah Covid-19 ini, saya merasakan kita benar-benar diuji oleh Allah SWT.

Berbagai rencana yang sudah kita buat buyar begitu saja dikarenakan pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia.

Acara seminar, pelatihan, pasangan yang sudah menetapkan hari resepsi bahkan pilot dan petugas bandara yang tidak pernah tutup tidak akan menyangka bahwa ada hari-hari dimana pesawat tidak diperbolehkan mengangkut penumpang. Bahkan bekerja dan sekolah semua dilaksanakan dari rumah.

Mungkin Allah SWT ingin mengatakan kalian yang merencanakan, Aku yang menentukan. Bisa jadi ini adalah training ketika nanti kita tidak dapat berbuat apapun.

Virus kecil tidak kasat mata ini berhasil melumpuhkan tidak hanya satu Negara tempat ia berasal melainkan menyebar dan menularkan kepada dunia, hampir merata.

Sekilas tidak berbahaya, dibanding wabah yang pernah ada di dunia. Namun, sayangnya penularannya yang begitu cepat dan ketidaktahuan para penderita karena efek yang timbul tidak langsung terlihat. Ketika ia tidak sadar ia sudah terkena, sungguh amat disayangkan ternyata ia sudah berhasil menularkan kepada orang lain.

Ketidakberanian pemerintah di awal kasus ini merebak untuk melakukan lockdown, sederhananya menutup akses masuk dari dan ke luar Indonesia dan antar daerah lainnya di Indonesia, menutup kantor dan sekolah, hingga keacuhan dan menganggap remeh para masyarakat membuat kasus ini semakin terlihat menakutkan.

Korban positif covid-19 bertambah setiap harinya, maka masalah baru kita temukan. Kekurangan atau tidak memadainya fasilitas kesehatan, baik dari segi rumah sakit, alat kesehatan yang dibutuhkan hingga tenaga ahli kesehatan. Pada akhirnya di Negara asean, Indonesia menjadi negara dengan kasus kematian tertinggi kedua setelah Singapura.

Akibat parah dari pandemi yang terjadi ini adalah masalah ekonomi. Hampir semua kalangan terimbas perekonomiannya. Namun jika kalangan atas masih memiliki tabungan untuk bekal kehidupan nya selama pandemi ini berlangsung, bagaimana dengan kalangan bawah yang pendapatannya hanya untuk makan sehari-hari, istilahnya kerja untuk makan. Tidak usah kita sebutkan karena nyatanya ketimpangan antara si kaya dan miskin di negeri ini sudah menjadi rahasia umum.

Kasus viral seorang ibu yang mengatakan “di luar kami mati karena corona, di rumah kami mati karena kelaperan” mungkin menyadarkan kita.

Ketika kita masih bisa makan setiap harinya, merasa timbangan bertambah karena sering ngemil dari uji coba resep, kehabisan film untuk ditonton. Semua hal yang masih kita nikmati diatas harus lebih disyukuri.

Betapa di luar sana masih banyak yang tidak seberuntung kita. Masih harus memikirkan, bagaimana membeli beras ataupun lauk.

Lalu, apakah kita harus menyesali pemerintah dan membandingkan diri dengan Negara lain yang kebutuhan hidupnya dipenuhi selama kebijakan diam di rumah?

Berbagi Kebaikan semasa Pandemi Covid 19

Tentu saja jawaban pertanyaan diatas adalah tidak. Sekarang bukan saatnya lagi hidup hanya untuk menyalahkan. Saling tolong menolonglah yang harus kita lakukan sekarang. Berikut paling tidak hal yang bisa kita lakukan untuk sesama 

  • Mengajak orang untuk diam di rumah
Salah satu cara memutuskan mata rantai penularan adalah dengan berdiam di rumah sementara waktu. Tidak boleh berkumpul, menghindari keramaian. Maka, memberi pengertian kepada saudara terdekat dan teman di media sosial menjadi hal penting untuku saat ini.

  • Membagikan Masker
Salah satu penyebaran virus bisa melalui droplet atau air liur. Maka untuk menjaga diri pemerintah sudah mengeluarkan aturan wajib penggunaan masker. Tidak ada salahnya kita ikut membagikan masker tersebut.

Donasi saya dan teman-teman alumni semasa mondok ke salah satu pesantren di Sumatera Utara (dokpri) 



  • Membeli dagangan teman
Banyak yang banting setir berwirausaha dari rumah. Produksi sendiri ataupun menjadi reseller. Maka, jika kita membutuhkan sesuatu tengoklah teman kita, ada yang menjual barang yang kita cari. Lihatlah warung tetangga terlebih dahulu.

  • Membagikan Sembako
Jika merasa tabungan kita cukup untuk bekal selama berdiam di rumah, maka intip juga masih bisakah kita memberi. Jika bisa, jangan ragu untuk membeli kebutuhan dasar seperti beras, minyak, gula untuk dibagikan ke tetangga yang membutuhkan. Atau siapa yang kita ketahui sedang dalam masa sulit ini.

  • Menggalang dana
Mari intip grup whatsapp yang dimiliki, baik keluarga, teman, alumni atau komunitasmu. Ajak mereka untuk ikutan menggalang dana walau hanya 50 ribu rupiah. Jangan ketinggalan dalam berbuat baik, jangan tidak mengambil bagian.



Hindari Virus Layaknya Perintah Nabi Menghindari Dajjal

Salah satu tanda kiamat ialah munculnya dajjal. Makhluk Tuhan satu ini nantinya diberikan 'akses' menjadi Tuhan. Bisa melakukan hal-hal yang selama ini hanya dilakukan sang pencipta, bisa menghidupkan dan mematikan manusia. Kehadirannya ini tentu untuk menunjukkan siapa pengikutnya dan pengikut Islam yang lurus.

Nantinya makhluk dengan ciri bermata satu ini akan mengeliling dunia selama 40 hari, tidak ada negara dan satu kota pun yang luput dari kedatangannya, kecuali Haramain kota Makkah dan Madinah. Ketika mengetahui hal ini, saya pernah sibuk ingin tinggal di Madinah, bahkan setelah pulang umroh sempat kepikiran untuk nikah dengan orang Arab dan tinggal di Madinah. Tolong jangan tertawakan impian remaja usia 19 tahun kala itu, haha.

Tapi ternyata tidak sesederhana nikah dengan orang Madinah sudah pasti baik itu. Buya (ayah) saya mengatakan, bukan berarti orang Arab itu baik-baik semua, bahkan kelakuan seperti dajjal pun ada. Hanya saja sebelum dajjal turun nantinya, terlebih dahulu penduduk dua kota mulia Makkah dan Madinah akan diseleksi dengan adanya musibah gempa sehingga tidak tersisa lagi orang munafik. 

Kata Rasulullah Saw dalam sebuah hadist, "jika nanti kalian masih hidup di masa dajjal, hindari dajjal sejauh mungkin. Kalau memang sempat bertemu, palingkan wajah. Lebih baik tidak bertemu."

Mengapa Rasulullah Saw berpesan seperti itu? Ketika di hadapan dajjal nanti , kita tidak lagi bisa membedakan mana hal baik dan buruk. Salah-salah kita pun menjadi pengikutnya, naudzubillah.

Setelah berdiam diri di rumah lebih dari sebulan guna menghindari si virus yang kemungkinan ada pada manusia atau tertempel pada benda mati, saya jadi teringat, kira-kira seperti inilah kita ketika masih hidup di zaman kemunculan dajjal dan menuruti perintah Rasulullah Saw untuk menghindari dajjal nantinya. Mungkin saat ini, Allah SWT ingin men-training para hambaNya.

Hikmah terbesar lainnya, bumi dapat beristirahat sejenak dari hiruk pikuk aktivitas manusia yang tiada hentinya. Keadaan di Ibukota sendiri sejak corona melanda biasa dipenuhi polusi karena padatnya lalu lintas, kali ini bisa merasakan udara segar. Begitupun lapisan ozon yang membaik.

Semoga hati kita juga ikut membaik dengan mengulurkan tangan kepada saudara kita yang terkena dampak. Boleh melakukan ide yang sudah disebutkan diatas maupun ide lainnya.

Jangan sampai kesempatan berbuat baik ini kita sia-siakan!


Posting Komentar

0 Komentar