Apakah teman-teman merasakan panas yang melebihi biasanya beberapa tahun belakangan ini? Bahkan di bulan yang biasanya curah hujan tinggi berganti menjadi panas yang menyengat di siang hari. Di musim kemarau turun hujan, atau kalau di luar negeri, musim dingin yang tidak kunjung tiba.
Kawasan dataran tinggi yang biasanya dingin menjadi biasa saja bahkan cenderung panas.
Ya, jika teman teman sependapat, bisa jadi kita sudah mulai merasakan dampaknya perubahan iklim akibat pemanasan global yang terjadi atau yang sering kita dengar sebagai global warming.
Lalu apa sebabnya?
Para ahli klimatologi mengatakan penyebab utama adalah ulah manusia itu sendiri.
Polusi dari berbagai kendaraan, apalagi kendaraan bermotor milik pribadi semakin ramai memenuhi jalan. Asap-asap pabrik guna memenuhi kebutuhan manusia.
Yang paling menyedihkan adalah hutan yang mulai gundul, kebakaran hutan, eksploitasi besar besaran terhadap sumber daya alam yang mirisnya untuk menambah pundi pundi kekayaan pribadi.
Alhasil selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Jangka panjang nya tentu akan menyebabkan berbagai bencana alam yang tentu tidak kita harapkan.
Dampak Perubahan Iklim
* Suhu bumi meningkat
* Kutub mencair
* Terganggunya Ekosistem hewan di kutub dikarenakan daratan es yang terus retak
Ketiga hal ini saling terkait. Jika suhu bumi terus meningkat maka bongkahan es terus mencair. Jika terus dibiarkan tanpa daya usaha kita membenahi maka permukaan air laut akan terus tinggi, garis pantai semakin bergeser sehingga dataran/ pulau sekitarnya berisiko tenggelam.
Begitupun makhluk hidup seperti hewan lama kelamaan tidak bisa bertahan karena ekosistemnya baik di hutan ataupun dalam lautan sudah tercemar.
Sedangkan dampak di negeri ini adalah perubahan cuaca ekstrem yang kadang bisa menyebabkan gagal panen. Kalau ini terjadi terus, tidak bisa dibayangkan seperti apa ke depannya.
Tak jarang terjadi bencana alam seperti angin badai beserta hujan besar yang menyebabkan banjir, longsor.
Selain itu kita yang terhubung langsung dengan cahaya ultra violet dapat merusak kulit, dikarenakan filter ozon semakin menipis.
Kolaborasi dari Rumah Masing-masing
Jika ada yang bisa kita perbuat untuk bumi yang lebih baik yuk lakukan. Setidaknya langkah kecil ini bisa dimulai bersama dari rumah masing-masing
1. Menghemat Listrik
Nampaknya sederhana, padahal jika ini dilakukan oleh banyak rumah tangga. Bisa jadi penggunaan listrik semakin sedikit.
Pertama-tama ketika ingin membangun rumah, pastikan ventilasi terbangun baik agar udara keluar masuk sempurna. Pencahayaan rumah kita baik agar pada siang hari banyak pekerjaan yang dapat dilakukan tanpa bantuan listrik.
Menyetrika pakaian sebaiknya dilakukan siang hari, karena belum banyak lampu yang kita gunakan. Sehabis menggunakan alat elektronik seperti tv, kipas angin, apapun hendak nya mencabut kabel power. Ac dihidupkan hanya ketika digunakan.
2. Mengurangi Menggunakan Kendaraan Pribadi, beralih ke Trasnportasi Umum
Tempatku tinggal sekarang ini adalah rumah orangtua. Keduanya, baik Ayah ataupun Ibu sudah sakit stroke, maka setelah menikah dan minta izin suami, kami putuskan tetap tinggal disini, agar tetap bisa merawat mereka.
Ini rumah kecil ibuku, warisan dari nenek. Setelah menikah mereka pun tinggal disini, maka sejak lahir akupun bertumbuh di rumah ini.
Seingatku dari kecil hingga sekarang ini banyak perubahan yang terjadi, termasuk jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Tanah kosong berubah menjadi cluster cluster. Orang yang tadinya entah tinggal darimana berasal banyak yang bangun rumah dan pindah kesini.
Maka sejak jam kerja dan sekolah, jalanan depan rumah penuh oleh kendaraan baik mobil maupun sepeda motor. Tak jarang terjadi kemacetan, apalagi truk truk besar pengangkut pasir ataupun belakangan banyak yang angkut sawit.
Jalanan penuh sesak oleh polusi.
Andai sebagian besar memutuskan untuk naik angkutan umum, polusi udara bisa dikurangi.
Jadi selagi masih bisa ditempuh dengan jalan kaki, yuk maksimalkan, InsyaAllah polusi berkurang kesehatan kita bertambah karena olahraga jalan kaki yang rutin.
Tentunya berharap agar pemerintah setempat mampu mewujudkan transportasi umum yang nyaman.
3. Kembali ke pangan lokal
Adakah hubungan perubahan iklim dengan makanan kearifan lokal? Tentu saja ada. Singkatnya begini, jika kita kembali ke makanan lokal maka kita ambil bagian memutus rantai distribusi, sebab perjalanan membawa makanan itu menghasilkan polusi.
Sebagai contoh, aku adalah seorang wanita yang baru menjadi ibu setahunan belakangan ini. Ketika anakku lahir dan mendekati masa MPASI, aku mulai belajar banyak perihal ini. Beberapa dokter anak, bidan, dokter gizi ku pelajari.
Ada satu dokter gizi yang intens ku ikuti, beliau selalu menekankan para Ibu untuk kembali ke pangan lokal. Siapa yang tinggal di Sulawesi misalkan, banyak ikan, jadi kasih makan ikan, bukan semuanya ikan dijual lalu dibelikan makanan instan atau bumbu-bumbu mpasi lain yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan seorang bayi.
Beliau selalu mengulang edukasinya bahwa mpasi itu jangan dibawa susah, harus membeli keju dan minyak minyak mahal sedangkan di daerah tersebut tidak tersedia.
Meyakinkan kami para ibu bahwa MPASI itu cukup diambil dari menu keluarga. Dan saat itu aku pernah melihat beliau posting chat seorang Ibu dari Papua yang mengatakan "terimaksih dok atas edukasi anda bahwa mpasi itu cukup dari pangan lokal masing-masing, saya kemarin membayangi harus beli keju, butter, minyak yang harga dan ongkirnya saja sangat mahal."
Hal lainnya yang beliau sampaikan bahwa lemak sebagai elemen terpenting untuk Balita bisa diproduksi sendiri melalui buntut ayam. Tinggal digongseng dengan sendirinya akan keluar minyak, simpan di wadah kaca yang tertutup letakkan di dalam kulkas biasa. Gunakan setiap ingin memasak mpasi.
Aku bersyukur mengenal beliau walau hanya melalui sosial media. Sekarang sebisa mungkin sejak kecil aku selalu mengenalkan real food kepada anak. Paling tidak aku sudah mulai memutus rantai makanan ultra proses untuk bayiku.
Ketika sedang keluar sebisa mungkin aku buatkan makanan dulu sebagai cemilan anakku. Tidak mengandalkan jajanan yang ada di pasaran.
Apalagi penyakit kronis jaman sekarang tidak mengenal usia. Karena makanan masih usia 20 tahunan sudah kena stroke, bahkan beberapa bulan lalu terdengar pemain sinetron cilik meninggal karena diabetes. Bayangkan anak kecil sudah kena penyakit yang zaman dulu diidap para orangtua kita.
Bisa jadi penyebab itu semua karena sering makan makanan ultra proses tanpa melihat kadar gula dan komposisi berlebihan lainnya.
Lebih jauh lagi, jika kita nanti sudah terbiasa kembali ke pangan lokal, makanan alami khas tanah air, maka kita bisa mengurangi sampah plastik yang ada. Bayangkan sampah yang kita hasilkan organik yang mampu diserap kembali dengan baik oleh alam.
4. Menanam tumbuhan di rumah
Membuat rumah tempat tinggal sejuk sebaiknya kita lakukan saat sekarang ini. Tumbuhan mampu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan manusia. Selain bunga dan dedaunan, jika punya lahan lebih menanam sayuran, buah juga pastinya bisa bermanfaat.
10 Komentar
Soal bakar sampah....
BalasHapusTetangga sebelah rumah kami hobbynya bakar sampah...
Yang 'astaghfirullah'nya itu, bakarn sampahnya pagi-pagi.
Di saat udara lagi bersih-bersihnya di jaman ini...
#tepokjidatibuitu#
Pengen teriak rasanya ya kaa, mau kasih tau nanti di bilang sok atau apalah, ga dikasih tau makin makin sering kita terhisap asap, mana kalau nempel di jemuran juga jadi bau bajunyaaa hikss
HapusDampak perubahan iklim demikian gawat, ya, Kak. Banyak hal sederhana asal kita peka bisa membantu mengurangi dampaknya. Setidaknya kita berupaya berpartisipasi aktif.
BalasHapusIyesss dimulai dari rumah hal sederhana aja dehh,
HapusNgarepin para petinggi ituu duhhh bagai pungguk merindukan bulan ga sihhhh
Seandainya aja bisa jadi perancang undang-undang, rasanya mau bikin uu yang bakar sampah kena denda..
BalasHapusGak pake kantong plastik, dll..
Yuk ah dari rumah kita kolaborasi menyelamatkan bumi..
Cusss kak calonkan diri jadi caleg biar dipilih hihihi yuk bisa yukk dark rumah kitaa kolaborasi
HapusTerasa banget sekarang sih dampak perubahan iklim, apalagi di Indonesia. Pergeseran musim hujan dan musim kemarau yang semakin tak menentu tanpa disadari adalah efek dari tindakan kita yang kurang peduli.
BalasHapusIyesss, jadi inget lagu ebit g ade, mungkin alam mulai enggan bersahabat dengan kita, kitanya sihh suka rusak lingkungan hiksss
HapusYa benar sekali hemat penggunaan listrik juga sebenarnya contoh nyata kita peduli sama kelestarian hutan ya
BalasHapusIya ya kaa, biar ga banyak energi yg terpakai yaa
Hapus